search catalogue
catalogue

Documenting isyarat lama Bali, an endangered sign language of Bali

 

Language Isyarat lama Bali
Depositor Nick Palfreyman; Connie de Vos, Satyawati; Yayasan PUPET
Affiliation University of Central Lancashire; Tilburg University
Location Indonesia
Collection ID 0713
Grant ID MDP0446
Funding Body ELDP
Collection Status Forthcoming
Landing page handle http://hdl.handle.net/2196/u99n9854-6890-2h4m-991b-g5o46234719c

 

Group represented

English: The group represented in this deposit are older signers on the Indonesian island of Bali. Isyarat lama Bali developed following the foundation of early deaf schools in Singaraja (1958), Denpasar (1968, 1980) and Tabanan (1969). Younger Balinese signers tend to prefer BISINDO, SIBI (the Indonesian government’s sign system, published in 1994) and signs influenced by American Sign Language, Australian Sign Language, and other sign languages introduced to Bali by an influx of international deaf tourists. Because of this, isyarat lama Bali is unlikely to change from its moribund state without intervention, while a social rift between younger and older signers largely prevents younger generations of signers from acquiring isyarat lama Bali. We estimate that there are around 175 users of isyarat lama Bali born before 1980.

Bahasa Indonesia: Deposit ini merepresentasikan pengguna isyarat generasi tua di salah satu pulau yang ada di Indonesia, Bali. Isyarat lama Bali berkembang seiring dengan munculnya sekolah tunarungu* di Singaraja (1958), Denpasar (1968, 1980), dan Tabanan (1969). Saat ini, pengguna isyarat Bali generasi muda cenderung menggunakan BISINDO, SIBI (sistem isyarat yang dibuat oleh pemerintah Indonesia, terbit pada tahun 1994), dan perpaduan atas Bahasa Isyarat Amerika, Bahasa Isyarat Australia, dan isyarat asing lainnya akibat industri pariwisata internasional di Bali, khususnya dari turis tuli internasional. Adanya kesenjangan antara generasi muda dan senior menyebabkan isyarat lama Bali kemungkinan besar tidak dapat diwariskan ke generasi selanjutnya. Oleh sebab itu, isyarat lama Bali akan terancam punah apabila tidak dilakukan upaya pelestarian. Diperkirakan terdapat 175 pengguna isyarat lama Bali dengan kisaran tahun kelahiran sebelum tahun 1980.
*Mengenai istilah yang sesuai, ada orang yang lebih suka memakai ‘tuli’ namun kami memakai ‘tunarungu’ disini karena kebanyakan orang senior lebih suka ‘tunarungu’.

 

Special characteristics

English: The documentation of isyarat lama Bali offers a valuable opportunity to understand the kind of sign language that developed in Indonesia in the early deaf schools, when deaf children had the chance to congregate in an educational setting, but when there was still little contact with sign language users on other Indonesian islands. For many sign languages known to have developed in deaf schools, such as British Sign Language, it is too late to document the emerging language because the schools in question were founded too long ago. The data that we collect will illuminate key features of the language in its early stages.

Bahasa Indonesia: Dokumentasi isyarat lama Bali merupakan langkah nyata untuk membuka kesempatan memahami lebih dalam bahasa Isyarat yang berkembang Indonesia, terutama isyarat yang digunakan oleh anak-anak tuli pada awal sekolah tuli didirikan ketika kontak antar-bahasa dan antar-pulau masih minim. Beberapa isyarat yang berkembang di latar sekolah, seperti Bahasa Isyarat Inggris, tidak terdokumentasikan secara utuh, karena sekolah tersebut telah didirikan sejak dulu kala sehingga tidak dapat lagi dilacak jejak mula perkembangannya. Data dalam dokumentasi ini akan dapat digunakan untuk menjelaskan perkembangan fitur-fitur bahasa dalam tahapan awal.

 

Collection contents

English: We are currently collecting different kinds of data in real-life settings, including narratives, conversational data and elicited data. We aim not only to collect linguistic data but also to capture socio-cultural histories and practices that informed the development of isyarat lama Bali (such as life experiences, deaf community events, and memories of schooling), as well as Balinese cultural practices. (This section will be updated once the data have been collected and organised.)

Bahasa Indonesia: Kami sedang mengumpulkan berbagai jenis data dalam konteks kehidupan sehari-hari termasuk cerita, percakapan alami dan data yang dielisitasikan. Kami bertujuan untuk mengumpulkan data, baik data linguistik maupun data kesejarahan dan praktik sosio-budaya yang menjadi bagian atas perkembangan isyarat lama Bali, misalnya pengalaman hidup, acara komunitas tunarungu dan kenangan sekolah, dan juga ritual kebudayaan dan keagamaan di Bali. (Bagian ini akan diperbarui setelah data dikumpulkan dan diorganisir.)

 

Acknowledgement and citation

English: We are documenting isyarat lama Bali in collaboration with PUPET (Pusat Penelitian Tuli) and the Balinese team comprises Ade Wirawan, Yuliana and Janata. we would like to express our gratitude to deaf people in Bali for their support.

To refer to any data from the collection, please cite as follows:

Palfreyman, Nick; de Vos, Connie and Yayasan Pupet. 2023. Documenting isyarat lama Bali, an endangered sign language of Bali. Endangered Languages Archive. Handle: http://hdl.handle.net/2196/j76m9864-0000-2k4n-761s-g5n46234777p. Accessed on [insert date here].

Bahasa Indonesia: Dokumentasi isyarat lama Bali merupakan hasil kerjasama antara PUPET (Pusat Penelitian Tuli) dan tim di Bali yang terdiri atas Gede Ade Putra Wirawan, Yuliana, dan I Gede Janata Edy Praguna. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman tunarungu di Bali atas dukungannya.

To refer to any data from the collection, please cite as follows:

Palfreyman, Nick; de Vos, Connie and Yayasan PUPET. 2023. Documenting isyarat lama Bali, an endangered sign language of Bali. Endangered Languages Archive. Handle: http://hdl.handle.net/2196/j76m9864-0000-2k4n-761s-g5n46234777p. Accessed on [insert date here].

 

Powered by Preservica
© Copyright 2024