search catalogue
catalogue

Documenting isyarat lama Cicendo, an endangered sign language of Java

 

Language Isyarat lama Cicendo
Depositor Nick Palfreyman, Connie de Vos
Affiliation University of Central Lancashire, Tilburg University
Location Indonesia
Collection ID 0686
Grant ID MDP0446
Funding Body ELDP
Collection Status Forthcoming
Landing page handle http://hdl.handle.net/2196/g99j6032-6878-7k0b-941d-s2c44712060q

 

Summary of the collection

English: The deposit will feature outcomes from the documentation of isyarat lama Cicendo and the social-cultural memories of its users, and is funded by ELDP between 2023 and 2025. The documentation is managed by Nick Palfreyman (UCLan), Connie de Vos and Satyawati (University of Tilburg) in collaboration with the Indonesia-based PUPET Social Foundation which supports sign language research. Data are collected by, and analysed with, a team of Indonesian deaf researchers and assistants, so as to develop in-country deaf research capacity.

Bahasa Indonesia: Deposit ini akan terdiri dari hasil tim yang mendocumentasikan isyarat lama Cicendo dan sejarah sosial-budaya pengunanya. Dokumentasi yang didanai ELDP s/d 2023-2025 ini dekelola oleh Nick Palfreyman (UCLan), Connie de Vos dan Satyawati (University of Tilburg) bekerjasama dengan PUPET, suatu yayasan sosial yang mendukung riset terhadap bahasa isyarat. Data dikumpul oleh, dan dianalisa bersama dengan, tim yang terdiri dari peneliti dan asisten tuli, supaya kapasitas di Indonesia untuk melakukan penelitian tuli dapat dikembangkan.

 

Group represented

English: The group represented in this deposit are the alumni of the Cicendo school for deaf children in Bandung, West Java. This was the first deaf school to be established in what is now Indonesia, and was originally known as the Doofstommen Instituut (it was founded in 1930 by a Dutch woman). Apart from a pause from 1942-49, due to the Second World War, the school has continued to teach deaf children ever since, albeit later under the name SLB Cicendo. The sign language that the alumni were first exposed to had developed in the school from the 1930s onwards, and is therefore one of Indonesia’s oldest original sign languages.
Following a boom in the number of deaf schools in the second half of the twentieth century, and subsequent influence from American Sign Language (ASL) and the Indonesian Sign System (SIBI), isyarat lama Cicendo contributed to, and then was swiftly supplanted by, BISINDO (Indonesian Sign Language) and signs from ASL and SIBI, leaving a small number of around 20-25 original users of isyarat lama Cicendo in their 60s and 70s based in and around Bandung.

Bahasa Indonesia: Deposit ini merepresentasikan para alumni SLB Cicendo di Bandung, Jawa Barat. Sekolah tersebut merupakan sekolah yang pertama untuk anak tunarungu* di wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Sekolah yang pada awalnya dikenal sebagai Doofstommen Instituut ini didirikan pada tahun 1930 oleh seorang wanita yang asli Belanda. Kecuali pada masa 1942-1949 ketika kegiatannya diganggu oleh Perang Dunia Kedua, sekolah tersebut terus-menerus mengajar anak-anak tunarungu, meski kemudian dikenal sebagai SLB Cicendo. Bahasa isyarat yang dihadapi di sekolah Cicendo oleh para alumni sebagai anak-anak pernah berkembang di sekolahnya sejak 1930-an. Oleh karena itu bahasanya merupakan salah satu bahasa isyarat yang paling lama di Indonesia.
Menyusul peningkatan jumlah sekolah tunarungu pada paruh kedua abad ke-20, dan pengaruh berikutnya dari Bahasa Isyarat Amerika (ASL) dan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI), isyarat lama Cicendo berkontribusi dan kemudian dengan cepat digantikan oleh, BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia) dan isyarat dari ASL dan SIBI, menyisakan sekitar 20-25 pengguna isyarat lama Cicendo berusia 60-an dan 70-an yang tinggal di/sekitar Bandung.
*Mengenai istilah yang sesuai, ada orang yang lebih suka memakai ‘tuli’ namun kami memakai ‘tunarungu’ disini karena kebanyakan orang senior lebih suka ‘tunarungu’.

 

Special characteristics

English: The documentation of isyarat lama Cicendo offers a valuable opportunity to understand the kind of sign language that developed in Indonesia the first time that deaf children had the chance to congregate in an educational setting. For many sign languages known to have developed in deaf schools, such as British Sign Language, it is too late to document the emerging language because the schools in question were founded too long ago. While the first attendees of the Cicendo school are no longer with us, the data that we collect will illuminate key features of the language in its early stages.

Bahasa Indonesia: Dokumentasi isyarat lama Cicendo menyediakan kesempatan yang berharga untuk memahami jenis bahasa isyarat yang berkembang di Indonesia setelah anak-anak tunarungu berkesempatan untuk berkumpul di pengaturan pendidikan. Dalam kasus kebanyakan bahasa isyarat yang berkembang di pengaturan terebut, misalnya Bahasa Isyarat Britis, sudah terlambat untuk mendokumentasikan bahasa yang muncul karena sekolah yang bersangkutan itu didirikan terlalu lama lalu. Meskipun murid yang terawal sudah meninggal dunia, data yang kami kumpulkan akan menerangi fitur utama dari isyarat lama Cicendo dalam tahap awal.

 

Collection contents

English: We are currently collecting different kinds of data in real-life settings, including narratives, conversational data and elicited data. We aim not only to collect linguistic data but also to capture socio-cultural histories and practices that informed the development of isyarat lama Cicendo (such as life experiences, deaf community events, and memories of schooling). (This section will be updated once the data have been collected and organised.)

Bahasa Indonesia: Kami sedang mengumpulkan berbagai jenis data dalam konteks kehidupan sehari-hari termasuk cerita, percakapan alami dan data yang dielisitasikan. Kami bertujuan untuk mengumpulkan baik data linguistik maupun contoh sejarah dan praktek sosio-budaya yang pernah memengaruhi pengembangannya isyarat lama Cicendo, misalnya pengalaman hidup, acara komunitas tunarungu dan kenangan sekolah. (Seksi ini akan diperbarui setelah data dikumpulkan dan diorganisir.)

 

Acknowledgement and citation

English: We are documenting isyarat lama Cicendo in collaboration with Yayasan PUPET (Pusat Penelitian Tuli) and the PUPET team comprises Muhammad Isnaini Nur Hidayat, Al Islamabad and Joan Nurhalim. We would like to express our gratitude to Pak Billy and the deaf alumni of the Cicendo school for their support

To refer to any data from the collection, please cite as follows:

Palfreyman, Nick, Connie de Vos, Satyawati, Muhammad Isnaini, Al Islamabad & Joan Nurhalim. 2023. Documenting isyarat lama Cicendo, an endangered sign language of Java. Endangered Languages Archive. Handle: http://hdl.handle.net/2196/t68h2445-2709-6k2g-251a-a4y56824968x. Accessed on [insert date here].

Bahasa Indonesia: Kami sedang mendokumentasikan isyarat lama Cicendo bersama dengan PUPET (Pusat Penelitian Tuli) dan tim yang terdiri atas Muhammad Isnaini Nur Hidayat, Al Islamabad and Joan Nurhalim. Kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Billy dan alumni tunarungu sekolah Cicendo atas dukungannya.

To refer to any data from the collection, please cite as follows:

Palfreyman, Nick, Connie de Vos, Satyawati, Muhammad Isnaini, Al Islamabad & Joan Nurhalim. 2023. Documenting isyarat lama Cicendo, an endangered sign language of Java. Endangered Languages Archive. Handle: http://hdl.handle.net/2196/t68h2445-2709-6k2g-251a-a4y56824968x. Accessed on [insert date here].

 

Powered by Preservica
© Copyright 2024